Beranda | Artikel
Seorang Nabi Lebih Utama Dari Seluruh Wali
Jumat, 26 Juni 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Muhammad Nur Ihsan

Seorang Nabi Lebih Utama Dari Seluruh Wali adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. dalam pembahasan Syarah Aqidah Thahawiyah karya Imam Ath-Thahawi Rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada Jum’at, 13 Syawal 1441 H / 05 Juni 2020 M.

Status Program Kajian Kitab Syarah Aqidah Thahawiyah

Status program Kajian Syarah Aqidah Thahawiyah: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Jum`at pagi, pukul 06:00 - 07:30 WIB.

Download kajian sebelumnya: Sikap Ahlus Sunnah Terhadap Para Ulama

Kajian Tentang Seorang Nabi Lebih Utama Dari Seluruh Wali

Perlu diketahui bahwa dizaman semakin menebarnya berbagai syubhat yang berkaitan dengan pemikiran dan berbagai media yang menyebarkan pemikiran-pemikiran yang menyimpang, bertentangan dengan Islam, bertentangan dengan sunnah, dalam kondisi seperti ini maka seorang muslim dituntut untuk bersungguh-sungguh mempelajari kebenaran, mengenal aqidah yang benar, mengetahui tuntunan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar tidak tersesat dan sengsara, agar tidak terjerumus ke dalam kebatilan dan syubhat tersebut (disadari atau tidak), agar dia bisa membedakan antara yang haq dengan yang batil.

Maka jalan untuk mencapai hal itu semua adalah menuntut ilmu. Tentunya ilmu yang dipelajari bukan sebuah teori yang hanya hasil warisan dari para leluhur atau tradisi yang dijadikan sebagai agama atau sebagai pegangan hidup, tapi ilmu yang bersumberkan Al-Qur’an dan Sunnah yang diwariskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada kita semua. Itulah ilmu yang bermanfaat, itulah ilmu yang akan menjadi benteng yang kokoh yang –bi’idznillah– akan menyelamatkan seseorang dengan taufik, hidayah dari Allah dari berbagai kesesatan penyimpangan dan kerusakan.

Maka di antara ilmu yang paling utama kita pelajari adalah masalah aqidah karena ini adalah landasan. Karena tidak diperbolehkan ada perbedaan dalam masalah aqidah. Muncul perbedaan, tapi sesungguhnya perbedaan itu muncul sebagai bentuk penyimpangan dari aqidah yang benar, aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, aqidah yang jelas, jelas landasannya, jelas metodologi pemahamannya dan juga sangat jelas dalil-dalil dan argumentasinya. Semua hal itu disadur dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Karena aqidah adalah perkara yang ghaib yang tidak ada ranah untuk berijtihad dan tidak ada peluang untuk beranalogi atau menqiyaskan.

Pada kesempatan yang mulia ini kita akan melanjutkan pembahasan yang berkaitan dengan sikap Ahlus Sunnah terhadap pembahasan yang berkaitan dengan kewalian dalam Islam. Apakah wali tersebut lebih utama dari Nabi atau Nabi lebih utama dari wali?

Tatkala dizaman Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi muncul benih-benih pemikiran yang mengutamakan wali diatas Nabi. Maka tatkala itu Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi ingin menjelaskan bahwa aqidah Ahlus Sunnah menyakini bahwa Nabi adalah manusia yang paling utama yang diciptakan oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala yang telah dipilih oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala diatas seluruh umat manusia.

Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi berkata:

ولا نفضل أحداً من الأولياء على أحد من الأنبياء عليهم السلام ونقول: نبي واحد أفضل من جميع الأولياء

“Dan kita (Ahlus Sunnah) tidak mengutamakan seorang pun dari para wali diatas seorang pun dari Al-Anbiya dan kita mengatakan: Seorang Nabi tentu lebih utama dari seluruh para wali.”

Jadi aqidah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini bahwa Nabi yang diutus oleh Allah, yang diturunkan wahyu kepadanya, pilihan Allah, itu adalah manusia yang lebih utama dari seluruh manusia yang ada di permukaan bumi ini. Itu merupakan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Adapun pemikiran atau pemahaman yang mengutamakan sebagian para wali diatas Nabi maka ini sungguh pemahaman yang telah menyimpang.

Pemikiran yang mengatakan bahwa wali lebih utama dari Nabi ini sesungguhnya pemikiran yang muncul dari sekte kebatinan dan kaum Rafidhah. Asal-muasal pemikiran tersebut muncul dari pemikiran yang mengatakan bahwa ada penutup para wali sebagaimana ada penutup para Nabi. Sehingga setiap Nabi ada penutupnya dan wali juga ada penutupnya. Ini dijelaskan oleh para ulama bahwa pemikiran yang seperti itu muncul dizaman Muhammad bin Ali bin Hasan At-Tirmidzi. Bukan pengarang kitab Sunan Tirmidzi, tapi yang menulis kitab Khatm alWilayah (penutup seluruh kewalian). Dalam kitab tersebut dijelaskan, sehingga dipahami dari perkataannya seolah-olah dia mengutamakan wali dari para Nabi.

Dari pemahaman yang seperti itu, maka kaum Batiniyah (kebatinan), sekte Ismailiyah, termasuk dalam hal ini adalah Rafidhah, menjadikan sebagai alasan untuk mengklaim bahwa Imam atau yang mereka klaim sebagai wali itu lebih utama dari Nabi. Sehingga tidak heran kalau kita dapatkan dalam perkataan Syiah Rafidhah bahwa Imam mereka lebih utama dari pada Nabi bahkan lebih utama dari para malaikat.

Dan dikalangan sekte kaum Sufi yang extrim dalam beragama sampai pada tingkat wihdatul wujud dan juga sampai pada tingkat ittihadiyah, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatu dengan makhluk atau semua alam ciptaan ini adalah jelmaan dari Allah, Allah menyatu dengan makhluk ini, tentunya aqidah yang kufur. Mereka meyakini bahwa wali lebih utama dari Nabi.

Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi ingin menjelaskan kebatilan pemikiran dan aqidah tersebut. Bahwa Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak mengutamakan seorang pun dari wali diatas Nabi. Bahkan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengatakan bahwa seorang Nabi tentu lebih utama dari seluruh para wali yang ada di permukaan bumi ini.

Siapa mereka yang disebut sebagai wali? Simak pembahasan selengkapnya..

Download MP3 Kajian Tentang Seorang Nabi Lebih Utama Dari Seluruh Wali

Untuk mp3 kajian  yang lain: silahkan kunjungi mp3.radiorodja.com


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48618-seorang-nabi-lebih-utama-dari-seluruh-wali/